Karena apa yang Disampaikan dari Hati akan Sampai pula ke Hati

Pendidikan adalah aset negara yang mampu mengubah dunia. Ungkapan tersebut memang benar adanya, karena dengan pendidikan manusia mampu mengelola serta bereksplorasi dengan semua yang ada di dunia ini. Pendidikan pula mampu menjadi indikator tumbuh kembangnya suatu bangsa, untuk itu lah peran seorang pendidik sangat lah penting untuk mewujudkan serta merealisasikan ungkapan di atas.

Ya, seorang pendidik yang sering kita sebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, yang tulus ikhlas membagi pengetahuannya demi mencerdaskan anak bangsa. Dialah yang mencetak orang-orang besar  dengan pengorbanannya yang patut kita  junjung tinggi segala jasanya. Dialah guru, pencetus dan perombak peradaban.

Betapa hebatnya jasa seorang pendidik yang tidak hanya emberikan wawasan berupa ilmu melainkan pula memberikan pelajaran bagaimana menjadi seseorang yang bermanfaat. Namun, kita sadari bahwa untuk menuju hasil yang memuaskan terkadang kita menemukan hambatan dalam proses yang kita lalui. Begitu pula bagi seorang guru sering menemukan kendala-kendala yang dihadapi saat sedang mencetak muridnya untuk menjadi pribadi yang unggul, ya mengajar dan mendidik bukanlah hal yang mudah. Terkadang kita pula sering berhadapan dengan seorang pendidik yang selalu kita keluhkan bagaimana cara ia mengajar. Terkadang tidak semua guru mampu menyampaikan apa yang ia sampaikan dapat langsung kita pahami dan maknai. Namun ada pula yang ketika ia menyampaikan ilmu, ilmunya akan terus teringat bahkan kita mampu mengaplikasikannya. Itulah yang sering di sebut guru ideal, guru yang kehadirannya selalu dinanti, ilmunya selalu taat dipelajari dan menjadikan suasana belajar nyaman di hati.

Guru ideal adalah guru yang mampu menyampaikan ilmu yang tulus dari hatinya dan akan terasa pula sampai ke hati. Ketika ia mengajar ia menghadirkan seluruh jiwa dan raganya di depan muridnya, dia memberikan pandangan tulus dan tutur kata lembut penuh makna, mampu menjadikan muridnya tergugah dan lebih bersemangat, terutama merasa dihargai kapasitasnya sebagai seorang murid, mampu memberikan ketegasan namun tetap santai diterima oleh muridnya. Tidak hanya itu, ia pula sangat peduli terhadap perkembangan psikis muridnya, mampu mengatakan salah jika benar itu salah, serta mampu mengarahkan yang salah menuju perbaikan. Ia mampu menyembunyikan kegelisahan dalam dirinya dan selalu menunjukan keceriaan di raut wajahnya saat berhadapan dengan muridnya. Amat bijaksana , ketika ia dianggap sebagai orang tua kedua setelah orang tua yang melahirkan muridnya.

Itulah harapan semua murid terhadap gurunya, juga harapan seorang calon penerus pendidik (guru) agar bisa menjadi sosok yang demikian, menjadi guru yang layak disebut sebagai panutan.

NENG RISA SOLIHAH NIM.  1203097